top of page
Search

Lobster dari Selatan Jawa

  • Writer: Gusti Ayu Ismayanti
    Gusti Ayu Ismayanti
  • Feb 25, 2023
  • 2 min read

Matahari sudah berada cukup tinggi untuk ukuran pagi hari. Anak juga bapak semua berkumpul. Untuk lobster yang siap dijemput di tengah laut. Ditemani suara ombak yang berdebur, dengan doa ia melebur. Harapan agar dapat hasil tangkapan dan kembali menepi untuk keluarga yang menanti. Demi kehidupan yang makmur di selatan Cianjur.


Lobster sudah lama menjadi komoditas utama di Desa Tanjungsari, Cianjur. Crustacea satu ini memang dikenal memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dagingnya yang gurih, lembut dan kaya akan protein menjadi pangan laut yang banyak digemari. Nelayan disini menjadi pemasok utama makanan laut, khususnya lobster di area wisata sekitarnya seperti daerah Pangandaran. Belum lengkap rasanya berkunjung di Selatan Jawa Barat kalau belum mencipi lobster disini.



Semuanya sangat unik dan menimbulkan banyak pertanyaan di benak saya. Pak Rahmat, salah satu nelayan bercerita pada saya bahwa beliau dan rekannya yang lain menangkap lobster di jarak 30 km lepas pantai, tanpa alat pemindai kira-kira pada kedalaman 25 m. Dikutip dari pakar crustacea Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rianta Pratiwi, menyebutkan bahwa lobster memang hidup di perairan dangkal hingga kedalaman 100 - 200 meter dan menyenangi daerah terumbu karang, bersembunyi di dalam lubang atau di balik batu-batu karang. Dengan insting yang begitu kuat dengan lautan para nelayan bisa mengetahui dimana gerombolang lobster berada dan mengangkapnya dengan jaring-jaring sederhana.


Sepulang dari menangkap lobster, hasil tangkapan kemudian dibawa ke TPI (tempat pelelangan ikan). Uniknya TPI di Desa Tanjungsari, tidak terdapat ikan yang dijual. Hanya terdapat lobster sejauh mata memandang. Lobster dikelompokan sesuai bentuk dan ukurannya. Ukuran lobster yang paling besar bisa mencapai 16 - 20 cm. Para nelayan biasa menyebutnya sebagai lobster mutiara dengan harganya berkisar Rp. 300.000 per kilo.



Indonesia memang dikaruniai lautan yang cocok sebagai habitat lobster. Hingga saat ini hampir belum ada informasi yang memadai terkait faktor mana yang paling menentukan keberadaan dan stok benih lobster di alam. Dicuplik dari laman WRI Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa jumlah beberapa komoditas makanan laut dengan nilai ekonomi tinggi semakin berkurang di laut lepas akibat pena


ngkapan yang berlebihan (overfishing). Selain overfishing, penangkapan menggunakan bom atau jaring insang juga menyebabkan keberadaan hewan laut seperti lobster tidak berkelanjutan.



Guna mengatasi hal ini, Peraturan Menteri No. 56 tahun 2016 dibuat untuk mengatur penangkapan lobster berdasarkan kondisi telur dan ukurannya dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 59/PERMEN-KP/2020 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia dan Laut Lepas.



Kini tidak ada keraguan lagi untuk kita lebih #GemarMakanIkan dan #GemarMakanLobster. Tidak hanya mendukung kegiatan ekonomi para nelayan, keberadaan lobster pun kini bisa tetap ada secara berkelanjutan di laut.


(Winner of the "Food and Sea" Category for Photo Essay Competition held by World Resources Institute (WRI) Indonesia)


 
 
 

Comments


  • https://www.instagram.com/curious_crunch_/
bottom of page